Sebanyak 29 Siswa MTsS Jadi Korban Keracunan Makanan di Aceh

Sebanyak 29 siswa Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) di Kabupaten Aceh Utara dilaporkan menjadi korban keracunan makanan massal. Insiden keracunan makanan ini terjadi setelah para siswa mengonsumsi hidangan saat acara buka puasa bersama di lingkungan sekolah. Peristiwa ini memicu kekhawatiran serius mengenai standar keamanan pangan di lingkungan pendidikan.

Insiden keracunan makanan tersebut terjadi pada hari Kamis, 22 Mei 2025, sekitar pukul 20.00 WIB, beberapa jam setelah para siswa menyantap hidangan buka puasa yang disediakan oleh pihak sekolah. Gejala yang dialami para korban bervariasi, mulai dari mual, muntah, diare, hingga pusing dan lemas. Kondisi ini membuat puluhan siswa tersebut harus segera dilarikan ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat dan beberapa di antaranya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Lhokseumawe untuk penanganan lebih lanjut.

Kepala Puskesmas setempat, dr. Fitriani, menyatakan bahwa total 29 siswa yang terdata mengalami gejala keracunan. “Sebagian besar sudah mendapatkan penanganan awal di Puskesmas dan kondisinya membaik, namun ada lima siswa yang memerlukan observasi lebih intensif di rumah sakit karena dehidrasi parah,” jelas dr. Fitriani saat dihubungi pada Jumat pagi, 23 Mei 2025. Pihak Puskesmas juga telah mengambil sampel sisa makanan yang dikonsumsi oleh para siswa, termasuk nasi, lauk pauk, dan takjil, untuk dilakukan uji laboratorium guna mengidentifikasi penyebab pasti keracunan.

Pihak kepolisian dari Polsek setempat juga telah memulai penyelidikan awal terkait insiden keracunan makanan ini. Mereka berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Utara untuk menelusuri sumber bahan baku dan proses pengolahan makanan. Kepala Sekolah MTsS yang bersangkutan, Bapak H. Syamsul Bahri, menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas kejadian ini dan siap bekerja sama penuh dengan pihak berwenang untuk memastikan investigasi berjalan lancar. Beliau juga memastikan bahwa seluruh biaya pengobatan para siswa yang menjadi korban akan ditanggung penuh oleh pihak sekolah. Insiden ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak, terutama institusi pendidikan dan penyedia makanan, untuk selalu memprioritaskan kebersihan dan keamanan pangan demi mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.