Program Revitalisasi Situs Sejarah Tsunami: Upaya Edukasi Bencana dan Ketangguhan Masyarakat

Bencana alam dahsyat, seperti tsunami, telah meninggalkan luka mendalam sekaligus jejak sejarah yang tak ternilai. Memahami pentingnya memori kolektif ini, pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah meluncurkan sebuah inisiatif ambisius, yaitu Program Revitalisasi Situs Sejarah Tsunami. Inisiatif ini bukan sekadar pemugaran fisik, melainkan sebuah strategi komprehensif untuk mengubah puing sejarah menjadi pusat pembelajaran aktif tentang mitigasi bencana dan peningkatan ketangguhan masyarakat. Tujuannya adalah memastikan bahwa pelajaran dari masa lalu tidak pernah pudar, menjadikannya modal berharga dalam menghadapi potensi ancaman di masa depan. Situs-situs yang menjadi fokus dalam Program Revitalisasi ini meliputi kompleks kuburan massal, sisa-sisa kapal yang terdampar di tengah kota, dan beberapa bangunan publik yang menjadi saksi bisu, seperti yang terletak di daerah Ulee Lheue dan Lampulo.

Revitalisasi ini dilakukan secara bertahap sejak 10 Maret 2024. Fase pertama, yang berlangsung hingga 20 Agustus 2024, fokus pada pembersihan, penguatan struktur, dan penataan lanskap. Dalam tahap ini, tim kerja gabungan yang terdiri dari arkeolog, insinyur sipil, relawan dari komunitas lokal, dan didukung penuh oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta aparat keamanan, termasuk personil dari Kepolisian Sektor (Polsek) setempat, bekerja sama. Pada tanggal 15 April 2024, misalnya, diadakan rapat koordinasi besar di Aula Serbaguna Kantor Gubernur yang dihadiri oleh 75 perwakilan dari berbagai lembaga. Data dari rapat tersebut menunjukkan bahwa total anggaran yang dialokasikan untuk fase pertama mencapai Rp 8,5 miliar, diambil dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sektor pariwisata dan kebudayaan.

Fase kedua dari Program Revitalisasi, yang dimulai pada 1 September 2024, berpusat pada pengembangan konten edukasi dan fasilitas pendukung. Di kompleks situs kapal, misalnya, telah ditambahkan panel informasi interaktif dan peta digital yang menjelaskan jalur evakuasi dan mekanisme peringatan dini tsunami. Materi edukasi ini disusun dengan standar kurikulum lokal, memungkinkan situs-situs ini berfungsi sebagai “laboratorium” mitigasi bencana bagi pelajar dari berbagai jenjang. Pemasangan panel informasi tersebut diselesaikan pada hari Rabu, 9 Oktober 2024, pukul 16.00 WIB, oleh tim kontraktor dari PT Bangun Nusa Raya. Peningkatan kapasitas edukasi ini berperan penting dalam menumbuhkan kesadaran risiko dan kesiapsiagaan di kalangan generasi muda.

Dampak yang paling signifikan dari Program Revitalisasi ini adalah transformasinya fungsi situs. Situs-situs sejarah tsunami kini menjadi titik kumpul rutin untuk simulasi evakuasi berskala besar yang melibatkan warga, sekolah, dan petugas keamanan. Salah satu simulasi terbaru diadakan pada Sabtu, 2 November 2024, dengan partisipasi lebih dari 5.000 warga. Kegiatan ini diawasi langsung oleh Kepala BPBD dan melibatkan 25 personil dari Kepolisian Resor Kota (Polresta) untuk mengatur lalu lintas dan memastikan kelancaran skenario evakuasi. Melalui upaya yang berkelanjutan ini, situs-situs sejarah tsunami di Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai monumen pengingat duka, tetapi juga sebagai motor penggerak ketangguhan masyarakat yang siap siaga menghadapi ancaman bencana, membuktikan bahwa dari tragedi dapat lahir sebuah pembelajaran dan harapan.