Mengenal Upacara Adat Peusijuek: Tradisi Syukur Masyarakat Aceh

Upacara adat Peusijuek adalah salah satu tradisi budaya yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Aceh. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Upacara Peusijuek dilakukan untuk memberkati atau mendoakan suatu hal baru atau peristiwa penting dalam hidup, seperti pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah baru, hingga membeli kendaraan. Dengan mengenal upacara adat ini, kita bisa memahami betapa eratnya hubungan antara tradisi, agama, dan kehidupan sehari-hari di Aceh. Kata “Peusijuek” sendiri berasal dari kata “sijuek” yang berarti “sejuk” atau “dingin.” Makna ini melambangkan harapan agar segala sesuatu yang diberkati dapat berjalan dengan tenang, damai, dan penuh berkah.

Dalam praktiknya, upacara Peusijuek biasanya dipimpin oleh seorang tokoh adat, ulama, atau orang tua yang dihormati dalam keluarga. Perlengkapan yang digunakan pun memiliki makna filosofis yang mendalam. Misalnya, beras ketan yang direbus dengan santan (bu leukat), air yang dicampur dengan daun-daunan (aneuk meuh), dan beras padi (breuh pade). Semua perlengkapan ini melambangkan harapan akan rezeki yang melimpah dan kehidupan yang harmonis. Upacara ini tidak hanya sekadar ritual, melainkan juga sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan tetangga. Prosesi inti dari upacara ini adalah dengan mengoleskan air atau menaburkan beras ke objek atau orang yang sedang diberkati, sambil membaca doa-doa khusus.

Sebagai bagian dari tradisi, upacara Peusijuek dapat diselenggarakan kapan saja, tergantung pada acara yang sedang berlangsung. Misalnya, setelah acara pernikahan selesai, atau saat sebuah keluarga baru saja pindah ke rumah baru. Untuk menjaga kelestarian tradisi ini, pemerintah setempat melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh sering mengadakan acara-acara sosialisasi dan edukasi. Salah satunya adalah melalui kegiatan yang pernah diselenggarakan pada tanggal 15 Mei 2024, di mana petugas dari bidang kebudayaan memaparkan tata cara dan makna di balik upacara ini kepada generasi muda. Inisiatif seperti ini sangat penting agar generasi mendatang tetap mengenal upacara adat Peusijuek dan melestarikannya.

Meskipun zaman terus berkembang, upacara Peusijuek tetap dijaga dengan baik oleh masyarakat Aceh. Ini menunjukkan betapa kuatnya akar budaya yang dipegang teguh. Dalam setiap langkah kehidupan, masyarakat Aceh senantiasa melibatkan tradisi ini sebagai bentuk permohonan restu dan perlindungan. Hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mendalami kekayaan budaya Indonesia. Setiap detail dalam upacara ini, mulai dari perlengkapan hingga doa-doa yang dibacakan, mengandung filosofi yang mengajarkan tentang pentingnya rasa syukur dan kebersamaan. Dengan mengenal upacara adat Peusijuek lebih dalam, kita dapat melihat bahwa tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, melainkan cerminan dari nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh. Keberadaan tradisi ini menjadi bukti nyata bahwa kearifan lokal dapat terus hidup dan relevan di tengah modernisasi.