Aceh, provinsi di ujung barat Indonesia, tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, tetapi juga dengan warisan kulinernya yang unik dan kaya rasa. Kuliner khas Aceh menawarkan pengalaman gastronomis yang tak terlupakan, mulai dari hidangan berat yang pedas hingga minuman yang aromatik. Keunikan ini berasal dari perpaduan rempah-rempah lokal dan pengaruh dari berbagai budaya, termasuk India dan Arab, yang telah lama berinteraksi di wilayah ini. Dua ikon kuliner yang paling mendunia dari Aceh adalah Kopi Gayo dan Mi Aceh, yang masing-masing memiliki cerita dan keistimewaannya sendiri.
Kopi Gayo, misalnya, telah lama menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Kopi ini dibudidayakan di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah, pada ketinggian 1.200 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis ini menciptakan biji kopi dengan cita rasa yang khas, kaya aroma, dan rendah keasaman. Banyak kedai kopi di Aceh menyajikan Kopi Gayo dengan metode seduh tradisional. Menurut Bapak Ridwan, seorang petugas dari Dinas Pertanian Aceh Tengah, pada tanggal 10 April 2024, volume panen kopi di beberapa sentra Gayo meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan pertumbuhan industri yang sehat. Peningkatan ini juga didukung oleh semakin populernya Kopi Gayo di kalangan penikmat kopi lokal maupun internasional.
Selain kopi, Mi Aceh juga merupakan magnet bagi para wisatawan. Hidangan mi kuning tebal ini dimasak dengan bumbu kaya rempah, disajikan dengan daging sapi, seafood, atau daging kambing, dan ditaburi bawang goreng. Ada tiga varian utama: mi goreng (kering), mi basah, dan mi kuah. Kepolisian Sektor (Polsek) Ulee Lheue, pada hari Sabtu, 20 Juli 2024, sempat melakukan penertiban di area sekitar Warung Mi Aceh Teuku Umar yang ramai pengunjung, memastikan kelancaran lalu lintas di sana. Hal ini menunjukkan betapa populernya hidangan ini, bahkan sampai menarik perhatian pihak berwajib untuk menjaga ketertiban. Ibu Fatimah, pemilik warung, menyatakan bahwa ia sudah berjualan sejak tahun 1995 dan konsisten menggunakan resep turun-temurun untuk menjaga kualitas rasanya.
Tentu saja, kuliner khas Aceh tidak hanya terbatas pada kopi dan mi. Masih ada banyak hidangan lezat lainnya yang patut dicoba, seperti Ayam Tangkap yang dimasak dengan rempah dan dedaunan, Sie Itek (bebek masak bumbu), dan Kuah Pliek U yang terbuat dari ampas kelapa. Keberagaman ini menjadikan Aceh sebagai surga bagi para pecinta makanan. Menurut data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, pada triwulan pertama tahun 2024, terjadi peningkatan 25% kunjungan wisatawan yang menyebut wisata kuliner sebagai alasan utama mereka datang. Ini menunjukkan bahwa promosi kuliner khas Aceh semakin efektif dan menarik perhatian banyak orang.
Dengan demikian, Aceh menawarkan lebih dari sekadar pemandangan alam. Ia juga menyajikan perjalanan rasa yang otentik dan mendalam. Mengunjungi Aceh dan tidak mencicipi hidangan-hidangan legendarisnya akan terasa kurang lengkap. Setiap hidangan memiliki cerita, dan setiap suapnya membawa kita lebih dekat dengan kekayaan budaya dan tradisi yang telah lama dijaga.