Adat/Suku: Tari Saman: Tarian Seribu Tangan dari Gayo yang Mendunia

Dari dataran tinggi Gayo di Aceh, sebuah mahakarya seni telah lahir dan memukau dunia: Tari Saman. Tarian yang dikenal sebagai “Tarian Seribu Tangan” ini bukan sekadar pertunjukan biasa, melainkan sebuah simfoni gerak, suara, dan kekompakan yang ditampilkan tanpa iringan alat musik. Keunikan Tari Saman terletak pada gerakan-gerakan tangan, badan, dan kepala para penarinya yang cepat, harmonis, dan ritmis, menciptakan formasi yang dinamis dan memukau. Pada tahun 2011, UNESCO secara resmi mengakui Tari Saman sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan, sebuah pengakuan yang menegaskan nilai universal dari seni tradisional ini.

Tari Saman awalnya dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama besar dari Gayo, Aceh Tenggara, sekitar abad ke-13 Masehi. Awalnya, tarian ini digunakan sebagai media dakwah Islam, di mana syair-syair yang dilantunkan berisi pesan-pesan moral, agama, dan kehidupan sosial. Seiring waktu, Tarian Saman berevolusi menjadi seni pertunjukan yang lebih kompleks, meskipun esensi spiritual dan kebersamaannya tetap terjaga. Tarian ini umumnya dibawakan oleh puluhan penari laki-laki yang duduk bersimpuh dalam satu baris panjang, meskipun dalam beberapa pertunjukan modern, penari perempuan juga terlibat.

Kekuatan utama Tarian Saman terletak pada kekompakan dan sinkronisasi gerakan para penarinya. Mereka melakukan tepukan tangan ke dada, ke paha, serta gerakan kepala dan badan yang seragam, diiringi oleh lagu-lagu atau syair yang dinyanyikan oleh salah satu penari yang disebut penyanyi. Kecepatan gerakan dapat berubah secara drastis, dari lambat hingga sangat cepat, menciptakan dinamika yang luar biasa. Tidak ada alat musik yang digunakan; seluruh irama dan melodi dihasilkan dari suara tepukan tangan dan paha penari, serta teriakan “cak, cak” yang memacu semangat.

Untuk menjaga kelestarian Tarian Saman, komunitas adat Gayo secara rutin mengadakan pelatihan bagi generasi muda. Misalnya, di Sanggar Seni Gayo Lues, latihan tari diadakan setiap hari Selasa dan Jumat sore, mulai pukul 16.00 WIB, untuk memastikan teknik dan filosofi tarian diwariskan dengan benar. Selain itu, Tari Saman juga sering dipentaskan dalam berbagai festival kebudayaan di tingkat nasional maupun internasional, seperti Festival Budaya Aceh yang biasa digelar setiap tahun pada bulan Agustus di Banda Aceh. Popularitas dan pengakuan global terhadap Tari Saman menjadikannya bukan hanya kebanggaan Aceh, tetapi juga salah satu identitas budaya Indonesia yang paling berharga di mata dunia.